Kamis, 28 November 2013

PROTEINURIA

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.        Latar Belakang
Ginjal merupakan organ terpenting dalam mempertahankan homeostatis cairan tubuh secara baik. Berbagai fungsi ginjal untuk mempertahankan  homeostatik dengan mengatur volume cairan, keseimbangan osmotik, asam basa, eskresi sisa metabolisme, sistem pengaturan hormonal dan metabolisme. Ginjal terletak dalam rongga abdomen, retroperitonial primer kiri dan kanan kolumna vertebralis, dikelilingi oleh lemak dan jaringan ikat di belakang peritonium (Syaifuddin, 2012:446).

Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan komposisi kimia darah (dan lingkungan dalam tubuh) dengan mengekskresikan zat terlarut dan air secara selektif. Apabila kedua ginjal karena sesuatu hal gagal menjalankan fungsinya, akan terjadi kematian dalam waktu 3 sampai 4 minggu. Fungsi vital ginjal dicapai dengan filtrasi plasma darah melalui glomelurus diikuti dengan reabsorbsi sejumlah zat terlarut dan air dalam jumlahyang sesuai di sepanjang tubulus ginjal. Kelebihan zat terlarut dan air diekskresikan keluar tubuh dalam urine melalui sistem pengumpul urine (Price, 2005a:867).
Tes kimia terhadap urine telah sangat disederhanakan dengan digunakannya carik kertas impregnasi yang dapat mendeteksi zat-zat seperti glukosa, aseton, bilirubin, protein, dan darah. Yang penting pada penyakit ginjal adalah deteksi adanya protein atau darah dalam urine, pengukuran osmolalitas atau berat jenis, dan pemeriksaan mikroskopik urine (Price, 2005b:895).
Suatu kondisi dimana terlalu banyak protein yang terkandung dalam urin disebut proteinuria. proteinuria adalah manifestasi besar penyakit ginjal dan merupakan indikator perburukan fungsi ginjal.Baik pada penyakit ginjal diabetes maupun pada penyakit ginjal non diabetes. Proteinuria merupakan gejala utama pada sindrom nefrotik, sedangkan gejala klinis lainnya dianggap sebagai manifestasi sekunder. Kehilangan protein melalui urin menyebabkan terjadinya hipoalbuminemia. Dalam keadaan normal, walaupun terdapat sejumlah protein yang cukup besar atau beberapa gram protein plasma yang melalui nefron setiap hari, hanya sedikit yang muncul didalam urin.Ini disebabkan 2 faktor utama yang berperan yaitu, Filtrasi glomerulus danReabsorbsi protein tubulus.

2.2.      Tujuan
1. Mengetahui definisi, penyebab, patofisiologi, dan jenis proteinuria.
2. Mengetahui pemeriksaan dan cara mengukur protein di dalam urin.





BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.        Definisi Proteinuria
Jumlah protein normal dalam urin adalah <150 mg/hari. Sebagian besar dari protein merupakan hasil dari glikoprotein kental yang disekresikan secara fisiologis oleh sel tubulus, yang dinamakan “protein Tamm-Horsfall”. Protein dalam jumlah yang banyak diindentifikasikan adanya penyakit ginjal yang signifikan (Davey, 2005).
Proteinuria adalah adanya protein di dalam urin manusia yang melebihi nilai normalnya yaitu lebih dari 150 mg/24 jam atau pada anak-anak lebih dari 140 mg/m². Dalam keadaan normal, protein di dalam urin sampai sejumlah tertentu masih dianggap fungsional. Ada kepustakaan yang menuliskan bahwa protein urin masih dianggap fisiologis jika jumlahnya kurang dari 150 mg/hari pada dewasa (pada anak-anak 140mg/m2), tetapi ada juga yang menuliskan, jumlahnya tidak lebih 200 mg/hari (Bawazier, 2009a:956).

2.2.        Penyebab Proteinuria
Menurut (Rubenstein, 2007a:223) proteinuria dapat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
-          Penyakit glomelurus: glomerulonefritis, glomeruloskerosis (diabetik dan hipertensi). Deposit amiloid glomerulus.
-          Penyakit tubulus (akibat gangguan reabsorpsi atau protein yang disaring); nefritis interstisialis kronis, fase poliurik pada nekrosis tubulus akut, sindrom fanconi, toksin tubulus (aminoglikosid, timah, kadmium).
-          Penyakit non-ginjal: demam, olahraga berat, gagal jantung, proteinuria ortostatik, suatu keadaan yang tidak berbahaya pada 2% remaja dimana terjadi proteinuria dalam posisi tegak namun tidak saat berbaring.
-          Penyakit saluraan kemih: infeksi, tumor, kalkuli.
-          Peningkatan produksi protein yang bisa disaring; rantai panjang imunoglobulin (protein Bence Jones) pada mieloma, mioglobinuria, hemoglobinuria.
Trombosis vena renalis adalah sebab sekaligus akibat dari proteinuria.

2.3.        Patofisiologi Proteinuria
Menurut (Bawazier, 2009b:956) Proteinuria dapat meningkat melalui salah satu cara dari ke-4 jalan dibawah ini :
1. Perubahan permeabilitas glomerulus yang mengikuti peningkatan filtrasi dari protein plasma normal terutama albumin.
2. Kegagalan tubulus mengabsorbsi sejumlah kecil protein yang normal difiltrasi
3. Filtrasi glomerulus dari sirkulasi abnormal, Low Molecular Weight Protein (LMWP) dalam jumlah melebihi kapasitas reabsorbsi tubulus.
4. Sekresi yang meningkat dari makuloprotein uroepitel dan sekresi IgA (Imunoglobulin A) dalam respon untuk inflamasi.
Derajat proteinuria dan komposisi protein pada urin tergantung mekanisme jejas pada ginjal yang berakibat hilangnya protein. Sejumlah besar protein secara normal melewati kapiler glomerulus tetapi tidak memasuki urin. Muatan dan selektivitas dinding glomerulus mencegah transportasi albumin, globulin dan protein dengan berat molekul besar lainnya untuk menembus dinding glomerulus. Jika sawar ini rusak, terdapat kebocoran protein plasma dalam urin (protein glomerulus). Protein yang lebih kecil (<20kDal) secara bebas disaring tetapi diabsorbsi kembali oleh tubulus proksimal. Pada individu normal ekskresi kurang dari 150 mg/hari dari protein total dan albumin hanya sekitar 30 mg/hari ; sisa protein pada urin akan diekskresi oleh tubulus (Tamm Horsfall, Imunoglobulin A dan Urokinase) atau sejumlah kecil β-2 mikroglobulin, apoprotein, enzim dan hormon peptida (Bawazier, 2009c:956).

2.4.        Jenis Proteinuria
2.4.1.    Proteinuria Fisiologis
Menurut (Bawazier, 2009d:957) Dalam mendiagnosis adanya kelainan atau penyakit ginjal tidak selalu adanya proteinuria. Proteinuria juga dapat ditemukan dalam keadaan fisiologis yang jumlahnya kurang dari 200 mg/hari dan bersifat sementara. Pada keadaan demam tinggi, gagal jantung, latihan fisik yang kuat dapat mencapai lebih dari 1 gram/hari. Proteinuria fisiologis dapat terjadi pada masa remaja dan juga pada pasien lordotik ( ortostatik proteinuria).

2.4.2.    Proteinuria Patologis
Menurut (Bawazier, 2009e:957) indikator perburukan fungsi ginjal merupakan manifestasi dari penyakit ginjal. Dikatakan patologis bila protein dalam urin lebih dari 150 mg / 24 jam atau 200 mg / 24 jam. 3 macam proteinuria patologis:
a.    Proteinuria glomerulus
Bentuk ini hampir disemua penyakit ginjal, dimana albumin protein yang dominan pada urin (60-90%) pada urin, sedangkan sisanya protein dengan berat molekul rendah ditemukan hanya dalam jumlah sedikit (Bawazier, 2009f:957).
Ada 2 faktor utama sebagai penyebab filtrasi glomerulus meningkat yaitu ketika barier filtrasi diubah oleh penyakit yang dipengaruhi oleh glomerulus pada sejumlah kapasitas tubulus yang berlebihan menyebabkan proteinuria. Dan faktor kedua yaitu peningkatan tekanan kapiler glomerulus menyebabkan gangguan hemodinamik. Filtrasi menyebabkan proteinuria glomerulus oleh tekanan difus yang meningkat tanpa perubahan apapun pada permeabilitas intrinsik dinding kapiler glomerulus. Akibat terjadinya kebocoran pada glomerulus yang berhubungan dengan kenaikan permeabilitas membran basal glomerulus terhadap protein akan menyebabkan timbulnya proteinuria. Contoh dari proteinuria glomerulus, mikroalbuminuria (jumlah 30-300 mg/hari), normal: tidak lebih dari 30 mg/hari, merupakan marker penurunan faal ginjal LFG dan penyakit kardiovaskular sistemik. proteinuria klinis, jumlahnya 1-5 mg/hari (Bawazier, 2009g:957).
b.    Proteinuria tubular
Ditemukannya protein berat molekul rendah antara 100-150 mg/hari terdiri atas β-2 mikroglobulin. Disebabkan karena renal tubular asidosis (RTA), sarkoidosis, sindrom Fankoni, pielonefritis kronis dan akibat cangkok ginjal (Bawazier, 2009h:958).
c.    Overflow proteinuria
Ekskresi protein dengan berat molekul < 40000 Dalton → Light Chain Imunoglobulin, protein ini disebut dengan protein Bences Jones. Terjadi karena kelainan filtrasi dari glomerulus dan kemampuan reabsorbsi tubulus proksimal (Bawazier, 2009i:958).

2.5.        Pemeriksaan Protein di Dalam Urin
Dalam anamnesis harus dicari mengenai adanya infeksi baru-baru ini (saluran kemih atau sebagai penyebab glomerulonefritis). Penyakit ginjal (termasuk riwayat keluarga), obat-obatan, dan pekerjaan. Pemeriksaan fisik bisa normal namun bisa ada edema, hipertensi, gagal jantung, atau tanda-tanda gagal ginjal (Rubenstein, 2007b:223).
Pemeriksaan penunjang
Kreatinin, ureum, dan elektrolit serum serta pengumpulan urin 24-jam untuk melakukan pemeriksaan kandungan protein dan klirens kreatinin. Protein serum untuk mencari albumin dan elektroforesis protein (serum dan urin) untuk gamopati monoklonal. Glukosa darah untuk diabetes. Komplemen serum (bisa rendah pada glomerulonefritis), antibodi antinuklear (lupus eritematosus sistemik/SLE), antibodi sitoplasmik antineu trofil (vaskulitis sistemik), kadar krioglobulin. Rontgen polos abdomen dan ultrasonografi traktus renalis untuk mencari batu, kelainan struktural, dan melihan ukuran ginjal (Rubenstein, 2007c:223).

2.6.        Cara Mengukur Protein di Dalam Urin
Metode yang dipakai untuk mengukur proteinuria saat ini sangat bervariasi dan bermakna. Metode dipstik mendeteksi sebagian besar albumin dan memberikan hasil positif palsu bila pH >7,0 dan bila urin sangat pekat atau terkontaminasi darah. Urin yang sangat encer menutupi proteinuria pada pemeriksaan dipstik.Jika proteinuria yang tidak mengndung albumin dalam jumlah cukup banyak akan menjadi negatif palsu.Ini terutama sangat penting untuk menentukan protein Bence Jones pada urin pasien dengan multipelk mieloma.Tes untuk mengukur konsentrasi urin total secara benar seperti pada presipitasi dengan asam sulfosalisilat atau asam triklorasetat.Sekarang ini, dipstik yang sangat sensitif tersedia di pasaran dengan kemampuan mengukur mikroalbuminuria (30-300 mg/hari) dan merupakan petanda awal dari penyakit glomerulus yang terlihat untuk memprediksi jejas glomerulus pada nefropati diabetik dini (Bawazier, 2009j:960).



BAB 3
PENUTUP

3.1.      Kesimpulan
Proteinuria adalah adanya protein di dalam urin manusia yang melebihi nilai normalnya yaitu lebih dari 150 mg/24 jam atau pada anak-anak lebih dari 140 mg/m².
Proteinuria dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain adalah: penyakit glomelurus, penyakit tubulus, penyakit non-ginja, penyakit saluraan kemih, peningkatan produksi protein yang bisa disaring.
            Proteinuria dibedakan menjadi 2 yaitu, proteinuria fisiologis dan proteinuria patologis. Disebut Proteinuria fisiologis apabila terdapat kandungan protein dalam urin yang jumlahnya kurang dari 200 mg/hari dan bersifat sementara. Sedangkan disebut proteinuria patologis apabila terdapat kandungan protein dalam urin yang jumlahnya lebih dari 150/hari atu 200 mg/24 hari.
Metode yang dipakai untuk mengukur proteinuria saat ini sangat bervariasi dan bermakna. Metode dipstik mendeteksi sebagian besar albumin dan memberikan hasil positif palsu bila pH >7,0 dan bila urin sangat pekat atau terkontaminasi darah. Urin yang sangat encer menutupi proteinuria pada pemeriksaan dipstik.Jika proteinuria yang tidak mengndung albumin dalam jumlah cukup banyak akan menjadi negatif palsu.



KEPUSTAKAAN

Rubenstein D, Wayne D, dan Bradley J.(2007). Lecture Note: Kedokteran klinis (Edisi 6). Jakarta: Erlangga.
Price S.A,dan Wilson L.M. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit (Edisi 6). Jakarta: EGC.
Syaifuddin. (2012). Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk Keperawatan & Kebidanan (Edisi 4). Jakarta: EGC.
Bawazier L.A. (2009). Ginjal Hipertensi: Proteinuria. Dalam: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, K,M., Setiati, S. (edisi. V) Buku Ajar Ilmu Peyakit Dalam. Jakarta: Interna Publising 956961.
Pramana P.D, Mayetti, Kadri H. (2013). Hubungan antara Proteinuria dan Hipoalbuminemia pada Anak dengan Sindrom Nefrotik yang Dirawat di RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 2009-2012. Jurnal Kesehatan Andalas,  2(2), 90-93.






PATOLOGI UMUM
PROTEINURIA


Disusun oleh:
Kukuh Sukmoro
G1B012039
KESMAS – B

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
PURWOKERTO
2013

1 komentar:

  1. Bet on sports at Foxwoods Resort Casino - KTNV
    Betting on sports at Foxwoods 양주 출장마사지 Resort 하남 출장안마 Casino is 경상북도 출장안마 easy. Just go to Foxwoods 수원 출장마사지 Resort Casino and click the green “Join Now” button to start the process 의정부 출장샵

    BalasHapus