BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Ginjal
merupakan organ terpenting dalam mempertahankan homeostatis cairan tubuh secara
baik. Berbagai fungsi ginjal untuk mempertahankan homeostatik dengan mengatur volume cairan,
keseimbangan osmotik, asam basa, eskresi sisa metabolisme, sistem pengaturan
hormonal dan metabolisme. Ginjal terletak dalam rongga abdomen, retroperitonial
primer kiri dan kanan kolumna vertebralis, dikelilingi oleh lemak dan jaringan
ikat di belakang peritonium (Syaifuddin, 2012:446).
Ginjal
menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan komposisi kimia darah
(dan lingkungan dalam tubuh) dengan mengekskresikan zat terlarut dan air secara
selektif. Apabila kedua ginjal karena sesuatu hal gagal menjalankan fungsinya,
akan terjadi kematian dalam waktu 3 sampai 4 minggu. Fungsi vital ginjal
dicapai dengan filtrasi plasma darah melalui glomelurus diikuti dengan
reabsorbsi sejumlah zat terlarut dan air dalam jumlahyang sesuai di sepanjang
tubulus ginjal. Kelebihan zat terlarut dan air diekskresikan keluar tubuh dalam
urine melalui sistem pengumpul urine (Price, 2005a:867).
Tes kimia
terhadap urine telah sangat disederhanakan dengan digunakannya carik kertas
impregnasi yang dapat mendeteksi zat-zat seperti glukosa, aseton, bilirubin, protein,
dan darah. Yang penting pada penyakit ginjal adalah deteksi adanya protein atau
darah dalam urine, pengukuran osmolalitas atau berat jenis, dan pemeriksaan
mikroskopik urine (Price, 2005b:895).
Suatu kondisi dimana terlalu banyak
protein yang terkandung dalam urin disebut proteinuria. proteinuria adalah manifestasi besar penyakit ginjal dan
merupakan indikator perburukan fungsi ginjal.Baik pada penyakit ginjal diabetes
maupun pada penyakit ginjal non diabetes. Proteinuria merupakan gejala utama pada sindrom nefrotik,
sedangkan gejala klinis lainnya dianggap sebagai manifestasi sekunder.
Kehilangan protein melalui urin menyebabkan terjadinya hipoalbuminemia. Dalam keadaan normal, walaupun terdapat sejumlah protein yang
cukup besar atau beberapa gram protein plasma yang melalui nefron setiap hari,
hanya sedikit yang muncul didalam urin.Ini disebabkan 2 faktor utama yang
berperan yaitu, Filtrasi glomerulus danReabsorbsi protein tubulus.
2.2. Tujuan
1.
Mengetahui definisi, penyebab, patofisiologi, dan jenis proteinuria.
2. Mengetahui pemeriksaan dan cara mengukur protein di dalam urin.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Definisi Proteinuria
Jumlah protein normal dalam urin adalah <150 mg/hari.
Sebagian besar dari protein merupakan hasil dari glikoprotein kental yang
disekresikan secara fisiologis oleh sel tubulus, yang dinamakan “protein
Tamm-Horsfall”. Protein dalam jumlah yang banyak diindentifikasikan adanya
penyakit ginjal yang signifikan (Davey, 2005).
Proteinuria adalah adanya protein di
dalam urin manusia yang melebihi nilai normalnya yaitu lebih dari 150 mg/24 jam
atau pada anak-anak lebih dari 140 mg/m². Dalam keadaan normal, protein di
dalam urin sampai sejumlah tertentu masih dianggap fungsional. Ada kepustakaan
yang menuliskan bahwa protein urin masih dianggap fisiologis jika jumlahnya
kurang dari 150 mg/hari pada dewasa (pada anak-anak 140mg/m2),
tetapi ada juga yang menuliskan, jumlahnya tidak lebih 200 mg/hari (Bawazier, 2009a:956).
2.2.
Penyebab
Proteinuria
Menurut
(Rubenstein, 2007a:223) proteinuria dapat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai
berikut:
-
Penyakit glomelurus: glomerulonefritis, glomeruloskerosis
(diabetik dan hipertensi). Deposit amiloid glomerulus.
-
Penyakit tubulus (akibat gangguan reabsorpsi atau protein
yang disaring); nefritis interstisialis kronis, fase poliurik pada nekrosis
tubulus akut, sindrom fanconi, toksin tubulus (aminoglikosid, timah, kadmium).
-
Penyakit non-ginjal: demam, olahraga berat, gagal
jantung, proteinuria ortostatik, suatu keadaan yang tidak berbahaya pada 2%
remaja dimana terjadi proteinuria dalam posisi tegak namun tidak saat
berbaring.
-
Penyakit saluraan kemih: infeksi, tumor, kalkuli.
-
Peningkatan produksi protein yang bisa disaring; rantai
panjang imunoglobulin (protein Bence Jones) pada mieloma, mioglobinuria,
hemoglobinuria.
Trombosis vena renalis adalah sebab
sekaligus akibat dari proteinuria.
2.3.
Patofisiologi Proteinuria
Menurut (Bawazier, 2009b:956) Proteinuria dapat meningkat melalui salah satu cara dari
ke-4 jalan dibawah ini :
1.
Perubahan permeabilitas glomerulus yang mengikuti peningkatan
filtrasi dari protein plasma normal terutama albumin.
2.
Kegagalan tubulus mengabsorbsi sejumlah kecil protein yang
normal difiltrasi
3.
Filtrasi glomerulus dari sirkulasi abnormal, Low Molecular
Weight Protein (LMWP) dalam jumlah melebihi kapasitas reabsorbsi tubulus.
4.
Sekresi yang meningkat dari makuloprotein uroepitel dan
sekresi IgA (Imunoglobulin A) dalam respon untuk inflamasi.
Derajat proteinuria dan komposisi protein pada urin
tergantung mekanisme jejas pada ginjal yang berakibat hilangnya protein.
Sejumlah besar protein secara normal melewati kapiler glomerulus tetapi tidak
memasuki urin. Muatan dan selektivitas dinding glomerulus mencegah transportasi
albumin, globulin dan protein dengan berat molekul besar lainnya untuk menembus
dinding glomerulus. Jika sawar ini rusak, terdapat kebocoran protein plasma
dalam urin (protein glomerulus). Protein yang lebih kecil (<20kDal) secara
bebas disaring tetapi diabsorbsi kembali oleh tubulus proksimal. Pada individu
normal ekskresi kurang dari 150 mg/hari dari protein total dan albumin hanya
sekitar 30 mg/hari ; sisa protein pada urin akan diekskresi oleh tubulus (Tamm
Horsfall, Imunoglobulin A dan Urokinase) atau sejumlah kecil β-2 mikroglobulin,
apoprotein, enzim dan hormon peptida (Bawazier, 2009c:956).
2.4.
Jenis
Proteinuria
2.4.1.
Proteinuria Fisiologis
Menurut (Bawazier, 2009d:957) Dalam mendiagnosis adanya kelainan atau penyakit ginjal
tidak selalu adanya proteinuria. Proteinuria juga dapat ditemukan dalam
keadaan fisiologis yang jumlahnya kurang dari 200 mg/hari dan bersifat
sementara. Pada keadaan demam tinggi, gagal jantung, latihan fisik yang kuat
dapat mencapai lebih dari 1 gram/hari. Proteinuria fisiologis dapat terjadi
pada masa remaja dan juga pada pasien lordotik ( ortostatik proteinuria).
2.4.2. Proteinuria Patologis
Menurut (Bawazier, 2009e:957) indikator perburukan fungsi ginjal merupakan manifestasi dari
penyakit ginjal. Dikatakan patologis bila protein dalam urin lebih dari 150 mg
/ 24 jam atau 200 mg / 24 jam. 3 macam proteinuria patologis:
a.
Proteinuria glomerulus
Bentuk ini hampir disemua penyakit ginjal, dimana albumin
protein yang dominan pada urin (60-90%) pada urin, sedangkan sisanya protein
dengan berat molekul rendah ditemukan hanya dalam jumlah sedikit (Bawazier, 2009f:957).
Ada 2 faktor utama sebagai penyebab filtrasi glomerulus
meningkat yaitu ketika barier filtrasi diubah oleh penyakit yang dipengaruhi
oleh glomerulus pada sejumlah kapasitas tubulus yang berlebihan menyebabkan proteinuria.
Dan faktor kedua yaitu peningkatan tekanan kapiler glomerulus menyebabkan
gangguan hemodinamik. Filtrasi menyebabkan proteinuria glomerulus oleh tekanan
difus yang meningkat tanpa perubahan apapun pada permeabilitas intrinsik
dinding kapiler glomerulus. Akibat terjadinya kebocoran pada glomerulus yang
berhubungan dengan kenaikan permeabilitas membran basal glomerulus terhadap
protein akan menyebabkan timbulnya proteinuria. Contoh dari proteinuria
glomerulus, mikroalbuminuria (jumlah 30-300 mg/hari), normal: tidak lebih dari
30 mg/hari, merupakan marker penurunan faal ginjal LFG dan penyakit
kardiovaskular sistemik. proteinuria klinis, jumlahnya 1-5 mg/hari (Bawazier, 2009g:957).
b.
Proteinuria tubular
Ditemukannya protein berat molekul rendah antara 100-150
mg/hari terdiri atas β-2 mikroglobulin. Disebabkan karena renal tubular
asidosis (RTA), sarkoidosis, sindrom Fankoni, pielonefritis kronis dan
akibat cangkok ginjal (Bawazier, 2009h:958).
c.
Overflow proteinuria
Ekskresi
protein dengan berat molekul < 40000 Dalton → Light Chain Imunoglobulin,
protein ini disebut dengan protein Bences Jones. Terjadi karena kelainan
filtrasi dari glomerulus dan kemampuan reabsorbsi tubulus proksimal (Bawazier, 2009i:958).
2.5.
Pemeriksaan
Protein di Dalam Urin
Dalam anamnesis harus dicari mengenai adanya infeksi
baru-baru ini (saluran kemih atau sebagai penyebab glomerulonefritis). Penyakit
ginjal (termasuk riwayat keluarga), obat-obatan, dan pekerjaan. Pemeriksaan
fisik bisa normal namun bisa ada edema, hipertensi, gagal jantung, atau
tanda-tanda gagal ginjal (Rubenstein, 2007b:223).
Pemeriksaan
penunjang
Kreatinin, ureum, dan elektrolit
serum serta pengumpulan urin 24-jam untuk melakukan pemeriksaan kandungan
protein dan klirens kreatinin. Protein serum untuk mencari albumin dan
elektroforesis protein (serum dan urin) untuk gamopati monoklonal. Glukosa
darah untuk diabetes. Komplemen serum (bisa rendah pada glomerulonefritis),
antibodi antinuklear (lupus eritematosus sistemik/SLE), antibodi sitoplasmik
antineu trofil (vaskulitis sistemik), kadar krioglobulin. Rontgen polos abdomen
dan ultrasonografi traktus renalis untuk mencari batu, kelainan struktural, dan
melihan ukuran ginjal (Rubenstein, 2007c:223).
2.6.
Cara Mengukur Protein di Dalam Urin
Metode yang
dipakai untuk mengukur proteinuria saat ini sangat bervariasi dan bermakna. Metode dipstik mendeteksi sebagian
besar albumin dan memberikan hasil positif palsu bila pH >7,0 dan bila urin
sangat pekat atau terkontaminasi darah. Urin yang sangat encer menutupi proteinuria pada pemeriksaan
dipstik.Jika proteinuria yang tidak mengndung albumin dalam jumlah cukup banyak
akan menjadi negatif palsu.Ini terutama sangat penting untuk menentukan protein
Bence Jones pada urin pasien dengan multipelk mieloma.Tes untuk mengukur
konsentrasi urin total secara benar seperti pada presipitasi dengan asam
sulfosalisilat atau asam triklorasetat.Sekarang ini, dipstik yang sangat
sensitif tersedia di pasaran dengan kemampuan mengukur mikroalbuminuria (30-300
mg/hari) dan merupakan petanda awal dari penyakit glomerulus yang terlihat
untuk memprediksi jejas glomerulus pada nefropati diabetik dini (Bawazier, 2009j:960).
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Proteinuria
adalah adanya protein di dalam urin manusia yang melebihi nilai normalnya yaitu
lebih dari 150 mg/24 jam atau pada anak-anak lebih dari 140 mg/m².
Proteinuria dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, antara lain adalah: penyakit glomelurus, penyakit tubulus,
penyakit non-ginja, penyakit saluraan kemih, peningkatan produksi protein yang
bisa disaring.
Proteinuria
dibedakan menjadi 2 yaitu, proteinuria fisiologis dan proteinuria patologis.
Disebut Proteinuria fisiologis apabila terdapat kandungan protein dalam urin
yang jumlahnya kurang dari 200 mg/hari dan bersifat sementara. Sedangkan
disebut proteinuria patologis apabila terdapat kandungan protein dalam urin
yang jumlahnya lebih dari 150/hari atu 200 mg/24 hari.
Metode
yang dipakai untuk mengukur proteinuria saat ini sangat bervariasi dan bermakna. Metode dipstik mendeteksi sebagian
besar albumin dan memberikan hasil positif palsu bila pH >7,0 dan bila urin
sangat pekat atau terkontaminasi darah. Urin yang sangat encer menutupi proteinuria pada pemeriksaan
dipstik.Jika proteinuria yang tidak mengndung albumin dalam jumlah cukup banyak
akan menjadi negatif palsu.
KEPUSTAKAAN
Rubenstein
D, Wayne D, dan Bradley J.(2007). Lecture
Note: Kedokteran klinis (Edisi 6). Jakarta: Erlangga.
Price S.A,dan
Wilson L.M. (2005). Patofisiologi: Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit (Edisi 6). Jakarta: EGC.
Syaifuddin.
(2012). Anatomi Fisiologi: Kurikulum
Berbasis Kompetensi Untuk Keperawatan & Kebidanan (Edisi 4). Jakarta:
EGC.
Bawazier L.A. (2009). Ginjal Hipertensi: Proteinuria. Dalam: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata,
K,M., Setiati, S. (edisi. V) Buku Ajar Ilmu Peyakit Dalam. Jakarta: Interna Publising 956 – 961.
Pramana P.D, Mayetti, Kadri H. (2013). Hubungan antara Proteinuria dan
Hipoalbuminemia pada Anak dengan Sindrom Nefrotik yang Dirawat di RSUP Dr. M.
Djamil Padang periode 2009-2012. Jurnal Kesehatan Andalas, 2(2), 90-93.
PATOLOGI UMUM
PROTEINURIA
Disusun
oleh:
Kukuh
Sukmoro
G1B012039
KESMAS
– B
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS
KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN
KESEHATAN MASYARAKAT
PURWOKERTO
2013
Bet on sports at Foxwoods Resort Casino - KTNV
BalasHapusBetting on sports at Foxwoods 양주 출장마사지 Resort 하남 출장안마 Casino is 경상북도 출장안마 easy. Just go to Foxwoods 수원 출장마사지 Resort Casino and click the green “Join Now” button to start the process 의정부 출장샵