Senin, 30 Desember 2013

KAKI DIABETIK


BAB I
PENDAHULUAN

A.            Latar Belakang
Diabetes Militus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik, ditandai dengan adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defek sekresi insulin, defek kerja insulin atau keduanya. Dari berbagai penelitian epidemiologis, seiring dengan perubahan pola hidup didapatkan bahwa prevalensi DM meningkat terutama di kota besar. Jika tidak ditangani dengan baik tentu saja angka kejadian komplikasi kronik DM juga akan meningkat, termasuk komplikasi  kaki diabetik, yang akan menjadi topik bahasan kali ini (Waspadji 2009:1961).

Hiperglikemia pada DM dapat terjadi karena masukan karbohidrat yang berlebih, pemakaian glukosa di jaringan tepi berkurang, akibat produksi glukosa hati yang bertambah, serta akibat insulin berkurang jumlah maupun kerjanya. Dengan memperhatikan mekanisme asal terjadinya hiperglikemia ini, dapat ditempuh berbagai langkah yang tepat dalam usaha untuk menurunkan konsentrasi glukosa darah sampai batas yang aman untuk menghindari terjadinya komplikasi kronik DM (Waspadji 2009:1961).
Faktor herediter biasanya memainkan peranan besar dalam menentukan pada siapa diabetes akan berkembang dan pada siapa diabetes tidak berkembang, dimana faktor herediter seringkali menyebabkan timbulnya diabetes melalui peningkatan kerentanan sel-sel beta terhadap penghancuran oleh virus atau mempermudah perkembangan antibodi autoimun melawan sel-sel beta, jadi juga mengarah kepada penghancuran sel-sel beta. Pada keadaan lain, kelihatannya ada kecenderungan sederhana dari faktor herediter terhadap degenerasi sel beta (Guyton dan Hall 1997:1235).
Setiap tahun penderita diabetes di Indonesia semakin meningkat. Saat ini, Indonesia menempati urutan keempat setelah India, Cina, dan Amerika Serikat. Banyak dari masyarakat mengetahui terkena diabetes dari komplikasinya. Salah satu komplikasi yang paling sering terjadi adalah luka Infeksi Kaki Diabetik (IKD). Sekitar 15% penderita diabetes militus akan mengalami komplikasi IKD. Infeksi Kaki Diabetik dapat dicegah agar tidak berubah menjadi gangren (Radiant, Maria, dan Mamat, 2012: 2).
Komplikasi diabetas ada bermacam-macam. Salah satunya yang sering dijumpai adalah Infeksi Kaki Diabetik (IKD), Infeksi kaki Diabetik merupakan infeksi yang terjadi di daerah ekstremitas bawah, karena mengalami mati rasa di daerah tersebut, sehingga penderita tidak menyadari adanya luka di kakinya (Radiant, Maria, dan Mamat,  2012: 2).
Pilar pengelolaan diabetes terdiri dari penyuluhan, perencanaan makan yang baik, kegiatan jasmani yang memadai dan penggunaan obat yang berkhasiat menurunkan konsentrasi glukosa darah seperti golongan sekretagog insulin (sulfonilurea, replaginid dan nateglinid), golongan metformin, golongan inhibitor alfa glukosidase, golongan tiazolidindon dan insulin (Waspadji 2009:1961).
B.            Tujuan
1.    Mengetahui definisi Kaki Diabetik
2.    Mengetahui faktor resiko terjadinya Kaki Diabetik
3.    Menguraikan patofisiologi dan Patogenesis Kaki Diabetik
4.    Mengetahui Penanggulangan dan Pencegahan Kaki Diabetik.



BAB II
PEMBAHASAN
1.            Pengertian kaki Diabetik
Kaki diabetik merupakan merupakan salah satu komplikasi serius pasien diabetes dan beberapa faktor memiliki peranan penting terhadap perkembangan kaki diabetes infeksi (Hasan, H., Adam, F.M.F., Sanusi, H.,  Adam, JMF, 2009:1)
Kaki Diabetik merupakan salah satu komplikasi kronik DM yang paling ditakuti. Hasil pengelolaan kaki diabetik sering mengecewakan baik bagi doker pengelola maupun penyandang DM dan keluarganya. Sering Kaki Diabetik berakhir dengan kecacatan dan kematian. Sampai saat ini, di Indonesia kaki diabetik masih merupakan masalah yang rumit dan tidak terkelola dengan maksimal, karena sedikit sekali orang yang berminat bmenggeluti kaki diabetik. Juga belum ada pendidikan khusus untuk mengelola kaki diabetik (podiatris, chiropodist belum ada). Disamping itu, ketidaktahuan masyarakat mengenai kaki diabetik masih sangat mencolok, lagi pula adanya permasalahan biaya pengelolaan yang besar yang tidak terjangkau oleh masyarakat pada umumnya, semua menambah peliknya masalah kaki diabetik (Waspadji 2009:1961-1962).
2.            Faktor Risiko Terjadinya Kaki Diabetik
Ada 3 alasan mengapa orang diabetes lebih tinggi risikonya mengalami masalah kaki.
a.         Neuropati (berkurangnya  sensasi rasa nyeri setempat) merupakan salah satu kompliksai kronis paling sering ditemukan pada diabetes militus (DM). Risiko yang dihadapi pasien DM dengan neuropati antara lain ialah infeksi berulang, ulkus yang tidak sembuh-sembuh dan amputasi jari/kaki (Subekti, 2009:1947).
b.        Sirkulasi darah dan tungkai yang menurun dan kerusakan endotel pembuluh darah. Manifestasi angiopati pada pembuluh darah penderita DM antara lain berupa penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer (yang utama). Sering terjadi pada tungkai bawah (terutama kaki). Akibatnya, perfusi jaringan bagian distal dari tungkai menjadi kurang baik dan timbul ulkus yang kemudian dapat berkembang menjadi nekrosi/gangren yang sangat sulit diatasi dan tidak jarang memerlukan tindakan amputasi. Usaha mencegah terjadinya ulkus dan gangren kaki dieabetik sering gagal dan penyandang DM jatuh ke keadaan terjadinya ulkus bahkan kemudian disertai gangren yang dapat merenggut nyawa (Waspadji, 2009:1924).
c.         Sepsis yaitu jaringan yang mengandung glukosa  tersaturasi menunjang pertumbuhan bakteri. Hal ini mengakibatkan berkurangnya daya tahan tubuh penderita diabetes terhadap infeksi, termasuk infeksi pada kaki (Grace, Pierce A. dan Borley, Neil R 2007:96).

3.            Patofisiologi dan Patogenesis Kaki Diabetik
Terjadinya masalah kaki diawali adanya hiperglikemia pada penyandang DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah, neuropati, baik neuropati sensorik maupun neuropati motorik dan autonomik akan mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot, yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap infeksi menyebabkan infeksi mudah merabak menjadi infeksi yang luas. Faktor aliran darah yang kurang juga akan lebih lanjut menambah rumitnya pengelolaan kaki diabetes. (Waspadji, 2009:1962)
4.      Klasifikasi kaki diabetik
Ada berbagai macam klasifikasi kaki diabetik, mulai dari yang sederhana seperti klasifikasi Edmonds dari King’s College Hospital London, klasifikasi Liverpool yang sedikit lebih ruwet, sampai klasifikasi Wagner yang lebih terkait dengan pengelolaan kaki diabetik, dan juga klasifikasi Texas yang lebih kompleks tetapi juga lebih mengacu kepada pengelolaan kaki diabetik.
Klasifikasi Wagner (klasifikasi yang saat ini masih banyak dipakai) :
1.    Derajat 0: tidak ada lesi terbuka, kulit intak/utuh disertai dengan pembentukan kalus ”claw”
2.    Derajat I : Tukak superfisial
3.    Derajat II : Tukak Dalam (sampai tendon dan tulang)
4.    Derajat III : Tukak Dalam dengan Infeksi
5.    Derajat IV : Tukak dengan gangren pada 1-2 jari kaki.
6.    Derajat V : Tukak dengan gangren luas seluruh kaki.
Klasifikasi Liverrpool
Klasifikasi primer :   -     Vaskuler
-       Neuropati
-       Neuroiskemik
Klaifikasi sekunder :  -     Tukak sederhana, tanpa komplikasi
-       Tukak dengan komplikasi
(Waspadji, 2009:1966)
5.            Pengelolaan dan Pencegahan Kaki Diabetik
Pengelolaan kaki diabetik dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu pencegahan terjadinya kaki diabetik dan terjadinya ulkus (pencegahan primer sebelum terjadi perlukaan pada kulit) dan pencegahan agar tidak terjadi kecacatan yang lebih parah (pencegahan sekunder dan pengelolaan ulkus/gangren diabetik yang sudah terjadi) (Waspadji, 2009:1963).
a.    Pencegahan Primer
Penyuluhan mengenai terjadinya kaki diabetik sangat penting untuk pencegahan kaki diabetik. Penyuluhan ini harus selalu dilakukan pada setiap kesempatan pertemuan dengan penyandang DM, dan harus diingatkan kembali tanpa bosan. Khusus untuk dokter, sempatkan selalu melihat dan memeriksa kaki penyandang DM sambil mengingatkan kembali mengenai cara pencegahan dan cara perawatan kaki yang baik (Waspadji, 2009:1963).
Pengelolaan kaki diabetik terutama ditujukan untuk pencegahan terjadinya tukak. Berbagai usaha pencegahan dilakukan sesuai dengan tingkat besarnya risiko tersebut. Peran ahli rehabilitasi medis terutama dari segi ortotik sangat besar pada pencegahan terjadinya ulkus. Dengan memberikan alas kaki yang baik, berbagai hal terkait terjadinya ulkus karena faktor mekanik akan dapat dicegah (Waspadji, 2009:1963).
Perawatan Infeksi kaki diabetik terhitung sampai seperempat dari seluruh penderita diabetes di Eropa dan Amerika Serikat menjadikannya satu alasan paling umum untuk masuk rumah sakit terkait DM. Dalam jangka panjang, biaya yang lebih tinggi sebagai tarif kekambuhan hingga 70% di pusat-pusat keunggulan, sehingga intervensi berulang dan progresif yang cacat (Mendes, JJ dan Neves, J, 2012:27).
b.    Pencegahan Sekunder
-        Pengelolaan Holistik Ulkus/Gangren Diabetik sangat diperlukan.
-        Kontrol metabolik yang meliputi perbaikan keadaan umum pasien, menjaga konsentrasi gula darah serta perbaikan nutrisi
-        Kontrol vaskular baik non-invasif maupun yang invasif dan semiinvasif meliputi pemeriksaan ankle brachial index,ankle pressure, toe pressure,  dan pemeriksaan ekhodopler dan kemudian pemeriksaan arteriografi.
-        Terapi farmakologi, yaitu pemberian obat yang bermanfaat untuk pembulu darah kaki penyandang DM (Waspadji, 2009:1963-1964).



BAB III
PENUTUP
A.            Kesimpulan
1.    Diabetes Militus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik, ditandai dengan adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defek sekresi insulin, defek kerja insulin atau keduanya.
2.    Kaki diabetik adalah kelainan pada tungkai bawah yang merupakan komplikasi kronik diabetes mellitus. Dengan manifestasi berupa dermopati, selulitis, ulkus, osteomielitis dan gangren.
3.    Faktor utama yang memegang peranan dalam patogenesis kaki diabetik adalah adanya angiopati/iskemi dan neuropati
4.    Menurut Wagner kaki diabetik diklasifikasikan menjadi 5 derajat.
5.    Pencegahan kaki diabetes tidak terlepas dari pengendalian (pengontrolan) penyakit secara umum mencakup pengendalian kadar gula darah, status gizi, tekanan darah, kadar kolesterol, pola hidup sehat.





KEPUSTAKAAN
Grace, P A. dan Borley, Neil R. (2007). At a Glance Ilmu Bedah.(Edisi Ketiga). Jakarta: erlangga
Guyton dan Hall. (1997). Insulin,Glukagon,dan Diabetes Mellitus. Dalam Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. (Edisi 9) Jakarta : EGC; 1997; 78 : 1234-1236
Hasan, H, Adam, FMF, Sanusi, H,  Adam, JMF. (2009). Clinical and laboratory aspect of diabetic foot infection. The Indonesian Journal of Medical Science, 2(1), 1-6
Kariadi, Sri Hartini KS. (2009). Diabetes? Siapa Takut!!: Panduan Lengkap Untuk Diabetisi, Keluarganya, Dan Profesional Medis. Bandung:PT Mizan Pustaka.
Mendes, JJ dan Neves, J. 2012. Diabetic Foot Infections: Current Diagnosis and Treatment. The Journal of Diabetic Foot Complications 4(1): 26-45.
Subeksi, I. (2009) Metabolik endokrin: Neuropati Diabetik. Dalam : Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, K,M., Setiati, S. (edisi. V) Buku Ajar Ilmu Peyakit Dalam). Jakarta: Interna Publising 19471951
Waspadji, S. (2009) Metabolik endokrin: Kaki Diabetes. Dalam : Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, K,M., Setiati, S. (edisi. V) Buku Ajar Ilmu Peyakit Dalam). Jakarta: Interna Publising 19611966. 1922-1929.
Waspadji, S. (2009) Metabolik endokrin: Komplikasi Kronik Diabetes. Dalam : Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, K,M., Setiati, S. (edisi. V) Buku Ajar Ilmu Peyakit Dalam). Jakarta: Interna Publising 1922-1929.




PATOLOGI UMUM
KAKI DIABETIK






Disusun oleh:
Kukuh Sukmoro
G1B012039
KESMAS – B



KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
PURWOKERTO

2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar