BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Diabetes Militus (DM) adalah suatu sindrom klinis
kelainan metabolik, ditandai dengan adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh
defek sekresi insulin, defek kerja insulin atau keduanya. Dari berbagai
penelitian epidemiologis, seiring dengan perubahan pola hidup didapatkan bahwa
prevalensi DM meningkat terutama di kota besar. Jika tidak ditangani dengan
baik tentu saja angka kejadian komplikasi kronik DM juga akan meningkat,
termasuk komplikasi kaki diabetik, yang
akan menjadi topik bahasan kali ini (Waspadji 2009:1961).
Hiperglikemia pada DM dapat terjadi karena masukan
karbohidrat yang berlebih, pemakaian glukosa di jaringan tepi berkurang, akibat
produksi glukosa hati yang bertambah, serta akibat insulin berkurang jumlah
maupun kerjanya. Dengan memperhatikan mekanisme asal terjadinya hiperglikemia
ini, dapat ditempuh berbagai langkah yang tepat dalam usaha untuk menurunkan
konsentrasi glukosa darah sampai batas yang aman untuk menghindari terjadinya
komplikasi kronik DM (Waspadji 2009:1961).
Faktor herediter biasanya
memainkan peranan besar dalam menentukan pada siapa diabetes akan berkembang
dan pada siapa diabetes tidak berkembang, dimana faktor herediter seringkali menyebabkan timbulnya diabetes melalui peningkatan
kerentanan sel-sel beta terhadap penghancuran oleh virus atau mempermudah
perkembangan antibodi autoimun melawan sel-sel beta, jadi juga mengarah kepada
penghancuran sel-sel beta. Pada keadaan lain, kelihatannya ada kecenderungan
sederhana dari faktor herediter terhadap degenerasi sel beta (Guyton dan Hall 1997:1235).
Setiap tahun penderita
diabetes di Indonesia semakin meningkat. Saat ini, Indonesia menempati urutan
keempat setelah India, Cina, dan Amerika Serikat. Banyak dari masyarakat mengetahui
terkena diabetes dari komplikasinya. Salah satu komplikasi yang paling sering
terjadi adalah luka Infeksi Kaki Diabetik (IKD). Sekitar 15% penderita diabetes
militus akan mengalami komplikasi IKD. Infeksi Kaki Diabetik dapat dicegah agar
tidak berubah menjadi gangren (Radiant, Maria, dan Mamat, 2012: 2).
Komplikasi diabetas ada
bermacam-macam. Salah satunya yang sering dijumpai adalah Infeksi Kaki Diabetik
(IKD), Infeksi kaki Diabetik merupakan infeksi yang terjadi di daerah
ekstremitas bawah, karena mengalami mati rasa di daerah tersebut, sehingga
penderita tidak menyadari adanya luka di kakinya (Radiant, Maria, dan Mamat, 2012: 2).
Pilar pengelolaan diabetes
terdiri dari penyuluhan, perencanaan makan yang baik, kegiatan jasmani yang
memadai dan penggunaan obat yang berkhasiat menurunkan konsentrasi glukosa
darah seperti golongan sekretagog insulin (sulfonilurea, replaginid dan
nateglinid), golongan metformin, golongan inhibitor alfa glukosidase, golongan
tiazolidindon dan insulin (Waspadji 2009:1961).
B.
Tujuan
1. Mengetahui definisi Kaki Diabetik
2. Mengetahui faktor resiko terjadinya Kaki Diabetik
3. Menguraikan patofisiologi dan Patogenesis Kaki
Diabetik
4. Mengetahui Penanggulangan dan Pencegahan Kaki
Diabetik.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
kaki Diabetik
Kaki diabetik merupakan merupakan
salah satu komplikasi serius pasien diabetes dan beberapa faktor memiliki
peranan penting terhadap perkembangan kaki diabetes infeksi (Hasan, H., Adam, F.M.F.,
Sanusi, H., Adam, JMF, 2009:1)
Kaki Diabetik merupakan salah satu komplikasi
kronik DM yang paling ditakuti. Hasil pengelolaan kaki diabetik sering
mengecewakan baik bagi doker pengelola maupun penyandang DM dan keluarganya.
Sering Kaki Diabetik berakhir dengan kecacatan dan kematian. Sampai saat ini,
di Indonesia kaki diabetik masih merupakan masalah yang rumit dan tidak
terkelola dengan maksimal, karena sedikit sekali orang yang berminat
bmenggeluti kaki diabetik. Juga belum ada pendidikan khusus untuk mengelola
kaki diabetik (podiatris, chiropodist belum
ada). Disamping itu, ketidaktahuan masyarakat mengenai kaki diabetik masih
sangat mencolok, lagi pula adanya permasalahan biaya pengelolaan yang besar
yang tidak terjangkau oleh masyarakat pada umumnya, semua menambah peliknya
masalah kaki diabetik (Waspadji
2009:1961-1962).
2.
Faktor Risiko Terjadinya Kaki Diabetik
Ada 3 alasan mengapa orang
diabetes lebih tinggi risikonya mengalami masalah kaki.
a.
Neuropati
(berkurangnya sensasi rasa nyeri
setempat) merupakan salah satu kompliksai kronis paling sering ditemukan pada diabetes
militus (DM). Risiko yang dihadapi pasien DM dengan neuropati antara lain ialah
infeksi berulang, ulkus yang tidak sembuh-sembuh dan amputasi jari/kaki
(Subekti, 2009:1947).
b.
Sirkulasi darah dan tungkai yang
menurun dan kerusakan endotel pembuluh darah. Manifestasi angiopati pada
pembuluh darah penderita DM antara lain berupa penyempitan dan penyumbatan
pembuluh darah perifer (yang utama). Sering terjadi pada tungkai bawah
(terutama kaki). Akibatnya, perfusi jaringan
bagian distal dari tungkai menjadi kurang baik dan timbul ulkus yang kemudian
dapat berkembang menjadi nekrosi/gangren yang sangat sulit diatasi dan tidak
jarang memerlukan tindakan amputasi. Usaha
mencegah terjadinya ulkus dan gangren kaki dieabetik sering gagal dan
penyandang DM jatuh ke keadaan terjadinya ulkus bahkan kemudian disertai
gangren yang dapat merenggut nyawa (Waspadji, 2009:1924).
c.
Sepsis
yaitu jaringan yang mengandung glukosa tersaturasi menunjang pertumbuhan bakteri. Hal ini mengakibatkan berkurangnya daya tahan tubuh penderita diabetes terhadap infeksi, termasuk infeksi pada kaki (Grace, Pierce A. dan Borley, Neil R
2007:96).
3.
Patofisiologi dan Patogenesis Kaki Diabetik
Terjadinya masalah kaki
diawali adanya hiperglikemia pada penyandang DM yang menyebabkan kelainan
neuropati dan kelainan pada pembuluh darah, neuropati, baik neuropati sensorik
maupun neuropati motorik dan autonomik akan mengakibatkan berbagai perubahan
pada kulit dan otot, yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi
tekanan pada telapak kaki dan selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus.
Adanya kerentanan terhadap infeksi menyebabkan infeksi mudah merabak menjadi
infeksi yang luas. Faktor aliran darah yang kurang juga akan lebih lanjut
menambah rumitnya pengelolaan kaki diabetes. (Waspadji, 2009:1962)
4.
Klasifikasi
kaki diabetik
Ada
berbagai macam klasifikasi kaki diabetik, mulai dari yang sederhana seperti
klasifikasi Edmonds dari King’s College
Hospital London, klasifikasi Liverpool yang sedikit lebih ruwet, sampai
klasifikasi Wagner yang lebih terkait dengan pengelolaan kaki diabetik, dan
juga klasifikasi Texas yang lebih kompleks tetapi juga lebih mengacu kepada
pengelolaan kaki diabetik.
Klasifikasi Wagner (klasifikasi yang saat ini masih banyak dipakai) :
1. Derajat 0: tidak ada lesi terbuka, kulit intak/utuh disertai dengan pembentukan kalus ”claw”
2. Derajat I : Tukak superfisial
3. Derajat II : Tukak Dalam (sampai tendon dan tulang)
4. Derajat III : Tukak Dalam dengan Infeksi
5. Derajat IV : Tukak dengan gangren pada 1-2 jari kaki.
6. Derajat V : Tukak dengan gangren luas seluruh kaki.
Klasifikasi
Liverrpool
Klasifikasi
primer : - Vaskuler
-
Neuropati
-
Neuroiskemik
Klaifikasi
sekunder : - Tukak sederhana, tanpa komplikasi
-
Tukak
dengan komplikasi
(Waspadji, 2009:1966)
5.
Pengelolaan
dan Pencegahan Kaki Diabetik
Pengelolaan kaki diabetik dapat dibagi
menjadi dua kelompok besar, yaitu pencegahan terjadinya kaki diabetik dan
terjadinya ulkus (pencegahan primer sebelum terjadi perlukaan pada kulit) dan
pencegahan agar tidak terjadi kecacatan yang lebih parah (pencegahan sekunder
dan pengelolaan ulkus/gangren diabetik yang sudah terjadi) (Waspadji, 2009:1963).
a.
Pencegahan
Primer
Penyuluhan mengenai terjadinya kaki
diabetik sangat penting untuk pencegahan kaki diabetik. Penyuluhan ini harus
selalu dilakukan pada setiap kesempatan pertemuan dengan penyandang DM, dan
harus diingatkan kembali tanpa bosan. Khusus untuk dokter, sempatkan selalu
melihat dan memeriksa kaki penyandang DM sambil mengingatkan kembali mengenai
cara pencegahan dan cara perawatan kaki yang baik (Waspadji, 2009:1963).
Pengelolaan kaki diabetik terutama
ditujukan untuk pencegahan terjadinya tukak. Berbagai usaha pencegahan
dilakukan sesuai dengan tingkat besarnya risiko tersebut. Peran ahli
rehabilitasi medis terutama dari segi ortotik sangat besar pada pencegahan
terjadinya ulkus. Dengan memberikan alas kaki yang baik, berbagai hal terkait
terjadinya ulkus karena faktor mekanik akan dapat dicegah (Waspadji, 2009:1963).
Perawatan Infeksi kaki diabetik
terhitung sampai seperempat dari seluruh penderita diabetes di Eropa dan
Amerika Serikat menjadikannya satu alasan paling umum untuk masuk rumah sakit
terkait DM. Dalam jangka panjang, biaya yang lebih tinggi sebagai tarif
kekambuhan hingga 70% di pusat-pusat keunggulan, sehingga intervensi berulang
dan progresif yang cacat (Mendes, JJ dan Neves, J, 2012:27).
b.
Pencegahan
Sekunder
-
Pengelolaan
Holistik Ulkus/Gangren Diabetik sangat diperlukan.
-
Kontrol
metabolik yang meliputi perbaikan keadaan umum pasien, menjaga konsentrasi gula
darah serta perbaikan nutrisi
-
Kontrol
vaskular baik non-invasif maupun yang invasif dan semiinvasif meliputi
pemeriksaan ankle brachial index,ankle
pressure, toe pressure, dan
pemeriksaan ekhodopler dan kemudian pemeriksaan arteriografi.
-
Terapi
farmakologi, yaitu pemberian obat yang bermanfaat untuk pembulu darah kaki
penyandang DM (Waspadji, 2009:1963-1964).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Diabetes
Militus (DM) adalah suatu sindrom
klinis kelainan metabolik, ditandai dengan adanya hiperglikemia yang disebabkan
oleh defek sekresi insulin, defek kerja insulin atau keduanya.
2.
Kaki diabetik adalah kelainan pada tungkai bawah yang merupakan komplikasi
kronik diabetes mellitus. Dengan manifestasi berupa dermopati, selulitis,
ulkus, osteomielitis dan gangren.
3.
Faktor utama yang memegang peranan dalam patogenesis kaki diabetik adalah
adanya angiopati/iskemi dan neuropati
4.
Menurut Wagner kaki diabetik diklasifikasikan menjadi 5 derajat.
5.
Pencegahan kaki diabetes tidak terlepas dari pengendalian (pengontrolan)
penyakit secara umum mencakup pengendalian kadar gula darah, status gizi,
tekanan darah, kadar kolesterol, pola hidup sehat.
KEPUSTAKAAN
Grace, P A. dan
Borley, Neil R. (2007). At a Glance Ilmu
Bedah.(Edisi Ketiga). Jakarta: erlangga
Guyton dan Hall. (1997). Insulin,Glukagon,dan Diabetes
Mellitus. Dalam Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. (Edisi 9) Jakarta : EGC; 1997; 78 :
1234-1236
Hasan, H, Adam, FMF, Sanusi, H, Adam, JMF. (2009). Clinical and laboratory aspect of diabetic foot infection. The Indonesian Journal of Medical Science, 2(1),
1-6
Kariadi,
Sri Hartini KS. (2009). Diabetes? Siapa
Takut!!: Panduan Lengkap Untuk Diabetisi, Keluarganya, Dan Profesional Medis.
Bandung:PT Mizan Pustaka.
Mendes, JJ dan Neves, J. 2012. Diabetic Foot
Infections: Current Diagnosis and Treatment. The Journal of Diabetic Foot
Complications 4(1): 26-45.
Subeksi, I. (2009)
Metabolik endokrin: Neuropati Diabetik. Dalam : Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata,
K,M., Setiati, S. (edisi. V) Buku Ajar Ilmu Peyakit Dalam). Jakarta: Interna
Publising 1947 – 1951
Waspadji, S. (2009)
Metabolik endokrin: Kaki Diabetes. Dalam : Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata,
K,M., Setiati, S. (edisi. V) Buku Ajar Ilmu Peyakit Dalam). Jakarta: Interna
Publising 1961 – 1966. 1922-1929.
Waspadji, S. (2009)
Metabolik endokrin: Komplikasi Kronik Diabetes. Dalam : Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata,
K,M., Setiati, S. (edisi. V) Buku Ajar Ilmu Peyakit Dalam). Jakarta: Interna
Publising 1922-1929.
PATOLOGI
UMUM
KAKI
DIABETIK
Disusun
oleh:
Kukuh
Sukmoro
G1B012039
KESMAS
– B
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS
KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN
KESEHATAN MASYARAKAT
PURWOKERTO
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar